Sebagai Pejabat Fungsional (Jafung) Teknik Tata Bangunan dan Perumahan, saya diundang untuk mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Penulisan Artikel di Bandung oleh Subdirektorat Pengelolaan Jafung Bidang Permukiman dan Pengembangan Profesi Kementerian PUPR pada 30-31 Mei 2022 lalu.
Meski sehari-hari berkutat dengan kunjungan lapangan dan pemantauan progres pekerjaan, sebagai Jafung kami juga dituntut untuk bisa menulis – entah karya ilmiah maupun tulisan populer di bidang Permukiman – sebagai salah satu bentuk pengembangan profesi kami sebagai Jafung.
Dari Bimtek ini, ada beberapa poin penting yang saya catat dari Narasumber kami, yaitu:
Tulislah fakta, bukan isu.
Saat ini, berita palsu (fake atau false news / hoax) banyak sekali beredar. Apalagi dengan kemajuan teknologi di mana berita apapun dan dari manapun bisa kita akses melalui ponsel pintar kita. Sebagai konsumen berita digital, kitalah yang bisa mengontrol apa saja yang bisa kita konsumsi. Bijaklah dalam menggunakan ponsel pintar.
5w1H
Dalam tulisan, sebaiknya kita memasukkan unsur 5w1h, yaitu what, when, where, why, and how. Dengan begitu, pembaca bisa mencerna ide kita secara utuh.
Judul yang menarik
Judul merupakan “jendela” menuju tulisan kita. Buatlah judul yang menarik seperti iklan, namun tetap relevan dengan isi. Menurut Narasumber, buatlah maksimal sembilan huruf sebagai judul.
Kerangka
Tulisan yang mengalir bermula dari kerangka yang benar. Sejak awal kita harus menentukan kerangka pemikiran kita (meskipun merupakan tulisan populer, karena karya ilmiah memiliki pakem-pakemnya sendiri). Saya pribadi selalu membuat kerangka umum berupa pembukaan, badan teks, dan penutup. Badan teks ini pun dapat kita sesuaikan dengan jumlah ide yang akan kita bahas di tulisan. Misal, saya punya dua ide maka saya akan membahasnya dalam dua paragraf. Sebaiknya tulis saja semua idemu tanpa beban dalam bentuk tulisan meskipun masih kacau balau. Jangan pernah menyunting tulisan sebelum semua ide kita curahkan dalam bentuk tulisan.
Penyuntingan
Setelah semua ide tercurah dalam tulisan, saatnya menyunting. Menyunting ini bisa kita lakukan dengan menyisir kembali tulisan dari awal sampai akhir. Biasanya di tengah-tengah kita akan merasa, “sepertinya ada ide yang terlalu general”, atau “tampaknya kalimat ini lebih baik di awal/akhir saja”, dan sebagainya. Usahakan menulis dengan kalimat aktif. Jika kita sudah merasa tulisan kita mengalir, maka finishing touch-nya adalah mengecek typo, pengecekan huruf miring untuk bahasa asing, dan sebagainya. Menurut Narasumber, tulisan yang enak dibaca itu adalah tulisan dengan kalimat mengalir, luwes dan tidak membuat pembaca pusing meskipun substansinya berat.
Punchline
Tentukan punchline-mu! Kalau dalam stand-up comedy sih biasanya punchline adalah kalimat yang paling lucu yang bikin audiens ketawa. Nah, dalam tulisan kurang lebih mirip. Punchline adalah kalimat-kalimat ‘nendang’ yang bikin orang berkata “wow” saat membaca. Versinya ada banyak, ada yang berupa ringkasan dari isi tulisan kita, bisa berbentuk deskriptif, bisa menggoda, bisa merupakan pertanyaan, dan lainnya.
Nah, itulah beberapa poin yang saya dapatkan dari Bimtek ini. Di Bimtek ini, Narasumber juga meminta peserta untuk menulis sebuah artikel singkat (maksimal satu halaman A4) dengan tema “Smart Living di Masa Pandemi”. Alhamdulillah, tulisan saya masuk sepuluh besar tulisan terbaik dari ratusan Jafung yang ikut serta. Tulisan saya difasilitasi Narasumber untuk dimuat di dua media daring (dan kabarnya, otw media cetak) dan dapat dilihat di tautan berikut:
Silakan bagikan tulisannya jika bermanfaat. Terima kasih dan semangat menulis!
https://www.hariankami.com/kami-kita/pr-2363497062/cerdas-berhuni-untuk-hidup-lebih-sehat
You must be logged in to post a comment.